Jumat, 19 Juni 2015

Sejarah Kerajaan di Indonesia



KERAJAAN SAMUDERA PASAI

A.        Sejarah
Kerajaan  Samudera  Pasai  terletak  di  Aceh,  dan  merupakan  kerajaan  Islam  pertama  di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M. Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya  makam raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat reruntuhan  bangunan pusat kerajaan Samudera  di desa Beuringin, kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama. Malik al- Saleh adalah nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam, dan merupakan  sultan Islam pertama di Indonesia. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M). Kerajaan Samudera Pasai merupakan  gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak, dengan raja pertama Malik al- Saleh.
Seorang pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat mengunjungi  Pasai tahun
1346 M. ia juga menceritakan bahwa, ketika ia di Cina, ia melihat adanya kapal Sultan Pasai di negeri  Cina.  Memang,  sumber-sumber  Cina  ada  menyebutkan  bahwa  utusan  Pasai  secara rutin  datang  ke Cina  untuk  menyerahkan  upeti.  Informasi  lain  juga  menyebutkan  bahwa, Sultan Pasai mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada tahun 1282 M. Ini membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan luar
Pada masa jayanya,  Samudera  Pasai merupakan  pusat perniagaan  penting di kawasan itu, dikunjungi  oleh  para  saudagar  dari  berbagai  negeri,  seperti  Cina,  India,  Siam,  Arab  dan Persia. Komoditas  utama adalah lada. Sebagai bandar perdagangan  yang besar, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi di  kerajaan   tersebut.   Di  samping   sebagai   pusat  perdagangan,   Samudera   Pasai  juga merupakan pusat perkembangan agama Islam.
Seiring perkembangan  zaman,  Samudera  mengalami  kemunduran,  hingga  ditaklukkan  oleh
Majapahit sekitar tahun 1360 M. Pada tahun 1524 M ditaklukkan oleh kerajaan Aceh.

B.        Silsilah
1.   Sultan Malik al-Saleh (1267-1297 M)
2.   Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
3.   Sultan Ahmad Laidkudzahi
4.   Sultan Zainal Abidin Malik al-Zahir (1383-1405 M)
5.   Sultan Shalahuddin (1405-1412 M)
6.   ...................................

C.          Periode Pemerintahan
Rentang masa kekuasan Samudera Pasai berlangsung sekitar 3 abad, dari abad ke-13 hingga 16 M.

D.         Wilayah Kekuasaan
Wilayah kekuasaan Pasai mencakup wilayah Aceh ketika itu.

E.          Kehidupan social-budaya
Telah disebutkan di muka bahwa, Pasai merupakan kerajaan besar, pusat perdagangan  dan perkembangan agama Islam. Sebagai kerajaan besar, di kerajaan ini juga berkembang suatu kehidupan  yang menghasilkan  karya tulis yang baik. Sekelompok  minoritas  kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa  Melayu.  Inilah yang kemudian   disebut  sebagai  bahasa  Jawi, dan hurufnya  disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan  ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai  dimulainya  perkembangan  sastra Melayu  klasik  di bumi  nusantara.  Bahasa  Melayu   tersebut  kemudian  juga  digunakan  oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan buku-bukunya.
Sejalan   dengan   itu,   juga   berkembang   ilmu   tasawuf.   Di   antara   buku   tasawuf   yang diterjemahkan  ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak. Kitab  ini  kemudian  diterjemahkan  ke dalam  bahasa  Melayu  oleh  Makhdum  Patakan,  atas permintaan  dari Sultan Malaka. Informasi  di atas menceritakan  sekelumit peran yang telah dimainkan  oleh  Samudera  Pasai  dalam  posisinya  sebagai  pusat  tamadun  Islam  di  Asia Tenggara pada masa itu.

Daftar pustaka :
§           Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 12. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka. 1990
§           Profil Propinsi Republik Indoensia, DI Aceh. Jakarta: Yayasan Bakti Wawasan Nusantara. 1992.
§       Teuku Ibrahim Alfian, Wajah Aceh Dalam Lintasan Sejarah. Banda Aceh: Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh. 1999.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar